Kepemimpinan Yang Efektif
Barangkali
pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian kepemimpinan ini telah
menyebabkan munculnya ratusan buku yang membahas kepemimpinan.
Terdapat nasihat tentang siapa yang harus ditiru (Attila the Hun),
apa yang harus diraih
(kedamaian jiwa),
apa yang harus dipelajari
(kegagalan),
apa yang harus diperjuangkan (karisma),
perlu tidaknya pendelegasian
(kadang-kadang),
perlu tidaknya berkolaborasi (mungkin),
pemimpin-pemimpin rahasia Amerika (wanita),
kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan (integritas),
bagaimana meraih kredibilitas
(bisa dipercaya),
bagaimana menjadi pemimipin yang otentik (temukan pemimpin dalam
diri anda),
dan sembilan hukum alam
kepemimpinan (jangan tanya).
Terdapat lebih dari 3000 buku yang judulnya
mengandung kata pemimipin (leader).
Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak
perlu diulas oleh sebuah buku.
Guru
manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa kalimat:
"pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi
organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.
Dalam
organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung
dalam
kelompok anggota-anggota manajemen (manajement members). Ketiga
tingkatan
tersebut adalah :
a. Manager puncak (Top Manager)
b. Manajer menengah (Middle manager)
c. Manajer bawahan (Lower managor/suvervisor)
Seorang
pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial
skill)
maupun keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan
seorang
tekhnis pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol
dibandingkan
dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas
yang
bersifat operasional.
Bertambah
tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka
semakin
menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah
aktivitas
bersifat konsepsional.
Dengan
perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam
organisasi
maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara
konsepsional
strategis dan makro.
Di
samping itu perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi kedudukan
seseorang
dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang semakin rendah
kedudukan
seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
Dari
uraian di atas jelaslah bahwa lebih mudah mengukur produktivitas
pemimpin
yang lebih rendah.
0 Komentar