Pertanyaannya mudah. Bagaimana
menjadii pemimpin yang baik? Dalam arti mampu menumbuhkan motivasi staf dan
keceriaan, yang berujung peningkatan produktivitas, dan tenu saja, keuntungan.
Ada yang sok nge-bossi, ada yan
sok otoriter padahal cengeng, ada yang berlagak atau memang sok tahu. Tidak banyak
pula yang merasa serba tahu, padahal tidak tahu.
Tidak mudah menjadi pemimpin atau
orang yang disukai semua orang. Itu hal pertama yang perlu diketahui dan
dipahami. Ragam manusia, ragam akal dan budi. Referensi manusia terhadap satu
hal –apa saja—cukup banyak. Terutama akibat tempaan pengalaman. Dan, pengalaman
yang berbeda atau latar belakang yang berbeda, membuat persepsi seseorang
terhadap persoalan kerap berbeda. Simple-nya, konsepsi kebahagiaan manusia
berbeda-beda. Termasuk motif yang melatarbelakangi eksistensi sikap seseorang
terhadap persoalan.
Joan Woodward (1958), Fiedler, FE
(1958) mengatakan kepemimpinan
dipengaurhi oleh variabel-variabel
lingkungan yang menentukan gaya kepemimpinan.
Tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik untuk semua situasi.
Keberhasilan pemimpin tergantung pada sejumlah variabel, termasuk gaya
kepemimpinan.
Itu mengapa banyak teori kerap
berbeda untuk mendefinsikan soal pemimpin.
Merujuk kepada teori Thomas Carlyle (1888), Herbert Spencer (1896). Kepemimpinan adalah kemampuan yang melekat
pemimpin besar dilahirkan, bukan dibentuk.
Pemimpin besar muncul sebagai
heroik, mitos dan ditakdirkan karena diperlukan. Disebut ‘great man’ karena pada saat itu
pemimpin Thomas Carlyle dianggap kualitas laki-laki.
Hersey and Blanchard (1977) menambahkan pemimpin harus memilih tindakan
yang terbaik berdasarkan situasi yang sedang dihadapi. Gaya kepemimpinan berbeda-beda tergantung
situasi yang berlainan. Misalnya di
tengah cendekiawan, gaya kepemimpinan
demokratis mungkin paling tepat diterapkan.
![]() |
aziz91mei |
Jadi, menjadi pemimpin yang
disukai semua orang sesuatu yang sulit terjadi, meskipun untuk meraih dukungan
mayoritas, bukan hal yang rumit. Caranya: James Macgregor Burns (1978); Bernard
Bass (1981) Teori transformasional, atau
teori relationship, berfokus pada pola hubungan antara pemimpin dan
pengikutnya. Pemimpin memotivasi
dan menginspirasi orang agar melihat
kepentingan tugas. Pemimpin
memperhatikan potensi orang dan memiliki standar etika dan moralitas
kepemimpinan yang tinggi. Bagaimana dengan
Anda?
0 Komentar