Dalam sebuah hadis, nabi Muhammad Saw bersabda : “Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi individu muslim baik laki-laki maupun perempuan” Kapan kewajiban itu muncul? Nabi manyatakan, “Dari ayunan sampai ke liang lahat” Kemana kita mencari ilmu? Nabi menyatakan, “walaupun sampai ke negeri Cina”. Karena di Cina pada masa itu belum ada Islam, maka yang dimaksud disitu adalah bukan ilmu ke-agamaan atau ke Islaman. Hal ini menunjukkan bahwa Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan.
![]() |
aziz91mei |
ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya [M. Izzudin Taufiq]
Ilmu adalah suatu proses yang membuat pengetahuan (science is the process which makes knowledge) [Harles Singer]
Dalam islam Ilmu di kenal sebagai cahaya, ia
menuntun kita kearah atau jalan yang akan dituju. Tanpa adanya bimbingan ilmu
niscaya kita akan tersesat. Fakta menunjukkan bahwa kaum muslimin di masa lalu
mencapai tingkat ilmiah yang sangat tinggi. Artinya kemunduran yang saat ini
terjadi bukan karena faktor Islamnya, tetapi ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya kemunduran tsb. Diantaranya adalah kurangnya dukungan dan apresiasi
dari pemerintah/penguasa dan masyarakat terhadap karya-karya ilmiah dan
ilmuwannya.
Padahal Islam dikenal sebagai religion of knowledge, agama
pengetahuan, karena Islam adalah agama yang paling empatik dan sangat
menekankan pentingnya ilmu pengetahuan bagi umatnya.
Perlu diketahui bahwa ilmu adalah makanan paling
bergizi bagi jiwa. Kalau jiwa tidak diberi makanan maka jiwa akan lahir kembali
di akhirat dalam keadaan cacat dan tidak bisa menikmati hidangan yag tersedia
disana. Jadi jangan badan saja yang kita beri makan, sementara kita lupa
terhadap makanan jiwa. Seseorang yang tidak berilmu sama dengan orang yang
kurang makan dan itu akan mengakibatkan busung lapar.
Kadang-kadang kita
curang, setiap hari kita memelihara badan kita, tetapi tidak pernah memelihara
jiwa kita. Kalau badan lelah maka ia
akan sakit, begitu juga dengan jiwa, ketika lelah ia akan stress. Pernahkah
kita memikirkan dan mempertanyakan, apa keinginan jiwa atau keluhan-keluhan
jiwa? Padahal kita tahu, kalau tidak ada jiwa, kita tidak bisa bekerja, badan
ini pasif dan mati. Kalu jiwa ingin sehat maka ilmunya harus banyak. Kadangkala
badan sehat tetapi jiwanya sakit. Bahkan bisa-bisa kedua-duanya sakit.
Orang India sudah menemukan angka satu sampai
sembilan (1-9), tetapi angka nol (0) belum ditemukan. Seorang ahli computer
dengan produk digitalnya, telah berhutang budi kepada al-Khawarizmi yang
menemukan angka nol (0). Kalau tidak ada decimal, tidak bisa membuat computer,
jadi kenanglah orang besar seperti ini.
Dibidang astronomi umat Islam sangat maju, yang
terkenal jenius antara lain Nasirudin at-Tusi, Ibnu Satir, Gargani, Battani dan
al-Majriti. Merekalah yang meratakan jalan bagi Copernicus. Kalau tidak ada
Nasirudin at-Tusi, Copernicus tidak akan menjadi seorang astronom, karena yang
dia lakukan hanyalah menjiplak karangan at-Tusi. Di Eropa ia terkenal sebagai
astronom ulung. Dia membalikkan teori geosentris menjadi heliosentris dimana
bumi tidak lagi dianggap sebagai pusat.
Pada abad ke-9, sudah dibangun observatorium
(peneropong bintang). Jadi kalau ada penghargaan yang diberikan kepada William
(orang Eropa), yang dikatakan telah mendahului Galileo didalam menggunakan
teropong bintang, ternyata umat Islam jauh lebih awal dari itu, karena umat
Islam sudah menggunakan teropong bintang pada abad ke-9.
Beberapa ilmuwan besar Islam yang sangat berpengaruh
bagi dunia, dibidang kedokteran misalnya Ibnu Sina, al-Razi dan Ibnu Nafis
al-Zuhr yang spesialisasinya dalam ilmu bedah. Ibnu Sina menulis hampir seluruh
cabang ilmu pengetahuan yang dikenal saat itu. Bukunya yang besar lainnya
adalah asy-Syifa, tebalnya 6.330 halaman, berisi mulai dari ilmu logika,
fisika, metematika hingga metafisika. Sampai sekarang kitab asy-Syifa masih
dipakai disalah satu universitas di Jerman.
Kondisi bangsa kita sangatlah menyedihkan sekali,
karena masyarakat Indonesia saat ini lebih menghargai profesi artis penghibur
dibandingkan profesi ilmuwan. Penghargaan kepada artis sangatlah tinggi
sehingga ribuan orang rela antri hanya
untuk mengikuti kontes menjadi artis. Ketika suatu Negara tidak menghargai
ilmuwan, maka Negara itu tinggal menunggu keruntuhan atau kahancurannya saja.
Sebab tidak ada Negara maju tanpa didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan. [Prof.Dr.
Mulyadhi Kartanegara,MA]
0 Komentar