Sepenggal surat-surat Hayati, dalam
TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
by Hamka
![]() |
Abdul aziz husen |
(1)
“seseorang yg memburu
cinta,adalah laksana memburu kijang di rimba belantara.Bertambah diburu
bertambah jauh dia lari.Akhirnya
tersesat dalam rimba,tak bias pulang lagi.”
“Sembah Dia dengan
khusyuk,ingat Dia di waktu kita senang,supaya Dia ingat pula kepada kita di waktu kita
sengsara.
Dialah yang akan membimbing
tanganmu.
Dialah yang akan
menunjukkan haluan hidupmu kepadamu.
Dialah yg akan menerang
jalan yg gelap.Jgn takut mhadapi cinta.
Ketahuilah bahwa Allah yg
menjadikan matahari dan memberi chy.
Allah yg menjdkan bunga dan
memberinya wangi.
Allah yg mjadikan tubuh dan
memberikan nyawa.
Allah yg menjadikan mata
dan memberinya penglihatan.
Maka Allah pulalah yg
menjadikan hati dan memberinya cinta.
Jika hatiku diberiNya
nikmat pula dengan cinta sebagaimana hatiku,marilah kita pelihara nikmat
itu sebaik-baiknya,kita jaga dan kita
pupuk,kita pelihara supaya jgn dicabut tuhan kembali.Cinta adalah iradat
Tuhan,dikirimnya ke dunia supaya tumbuh. Kalau dia diletakkan di atas tanah yg
lekang dan tandus,tumbuhnya akan menyeksa org lain. Kalau dia dg kepada hati yg
keruh dan kepada budi yg rendah,dia akan membawa kerosakan.Tetapi jika dia
hinggap kepada hati yg suci, dia akan mewarisi kemuliaan, keikhlasan, dan taat
kepada Ilahi…”
”cinta tak bergantung
kepada wang.Kalau dua org yg bercinta dapat bertemu,kesenangan dan ketenteraman
pikiran,itulah wang,itulah kekayaan,lebih dr gelang mas,dukuh-berlian,pakaian
cukup.Itulah kesenangan yg tak lekang
dipanas,tak lapuk dihujan.”
”Nikmat Ilahi adalah
disekeliling tiap-tiap insan,ada di dusun,ada di kota, ada di gunung, dan ada
dilurah, ada didataran dan ada di lautan.Tetapi nafsu tiada merasa puas, atau
tidak ingat nikmat yg dikelilingnya itu;dia hanya melihat
kekurangannya.Kurangannya.Yang senantiasa diperhatikan ialah nikmat yg ada
ditempat lain, dan yg di tgn org lain.Kelak kalu dia ada kesempatan pindah ke
tempat yg dilihatnya itu,dia menyesal dan dia teringat pulang,iaitu pada hari
yg tiada berguna padanya penjelasan lagi…”
”Lihat anak-anak muda zaman sekarang,yg nangis tersedu-sedu
meminta belas kasihan perempuan,mau dia berkorban,sengsara,hina,hanyalah
mencari apa yg disebut cinta.Salah persangkaan yg xdemikian,hai Guru muda.Cinta bukan mengajar
kita lemah tetapi membangkit kekuatan.Cinta bukan melemahkan semangat ,tetapi
membangkit semangat…”
”Jika hatinya
dikecewakan,dia akan tunjukkan dihadapannya dan dihadapan suaminya bahwa jika
maksudnya terhalang di sini, pada pasal lain tidak terhalang. Lantaran
kekalahan itu dia ambil jalan lain, dia maju dalam politik, mengarang
syair,dalam mengarang buku,dalam perjuangan hidup, sehingga dia naik ke atas
puncak yg tinggi, yg perempuan itu wajib melihatnya dgn menengada dari
bawah.Dgn itu,biar hatinya sendiri hancur dalam kekecewaan yg pertama,maka org
byklah yg mengambil hasilnya..”
”cinta yg suci adalah
laksana setitis embun yg turun dr langit ke atas bumi Allah ini.Jika sekiranya
bumi yg menerimanya itu subur.Maka tumbuh di atasnya beraneka warna bunga-bunga
yg harum semerbak.Menanamkan damai, aman,sentosa,insaf,rasa percaya kepada diri
sendiri.Dlm hal begini,embun ’cinta’ yg setitis itu membawa manusia yg
dititknya ke maya pada yg mulia.Tetapi jika dia jatuh ke bumi yg tak subur,yg
tandus dan penuh batu-batu,tidak ada yg akan tumbuh disana,lain dr sirih
memanjat batu,kuning daunnya,lemah gagangnya.Org itu menjadi putus asa, pencemburu
kpd sama manusia, hilang kepercayaan kpd nikmat yg tersimpan di dlm hidup.Atau
menjadi seorg pembenci,kurang percaya,kadang-kadang pendendam dan sakit hati…”
(2)
Pergantungan
jiwaku,Zainuddin!
Ke mana lagi langit
tempatku bernaung,setelah engkau hilang pula drpdku,Zainudin.Apakah artinya
hidup ini bgku kalau engkau pun terus memupus namaku dr hatimu!
Sungguh besar sekali harapanku
hendak hidup dekatmu.akan berkhidmat kpdmu dgn segenap daya dan upaya, supaya
mimpi yg telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala
kesalahan yg besar-besar yg telah kuperbuat terhadap kpd dirimu saya
tebusi.tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya mjadi cita-cita,sebab engkau
sendiri yg menutupkan pintu di hadapanku: saya kau larang masuk,sebab engkau
hendak mencurahkan segala dendam kesakitan yg telah sekian lama bersarang
didalam hatimu.yg selalu menghambat-hambat perasaan cinta yg suci.Lantaran
membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yg maha kejam,engkau
renggutkan tali pengharapanku,padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri
tergantung.Sebab itu percayalahlah,Zainudin.bahwa hukuman ini bukan mengenai
diriku seorg,bukan ia menimpa kan kecelaka kepadaku saja,tetapi kpd kita
berdua.Karena saya percaya bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.
Zainudin! Kalau saya tak
ada,hidupmu tidak juga beruntung,
percayalah!
Di dalam jiwaku ada suatu kekayaan
besar yang engkau sangat perlu kepadanya, dan kekayaan itu belum pernah
kuberikan kepada org lain, walaupun kepada Aziz, ialah kekayaan cinta. Saya
tahu bahwa engkau kekurangan itu. Saya merasa bahwa saya sanggup memberimu
bahagia pada tiap-tiap saat hidupmu,yang tiada seorg perempuan agaknya yg
sanggup menandingi saya di dalam alam ini dalam kesetiaan memegangnya,sebab
sudah lebih dahulu digiling oleh sengsara dan kedukaan,dipupuk dgn air mata dan
penderitaan. Dan kalau sedianya engkau kabulkan, kalau sedianya engkau terima
kedatanganku, saya pun tidak meminta upah dan balasan dari engkau.Upah yg saya
harapkan hanya dr Dia, Allah Yg Maha Esa , supaya engkau diberiNya
bahagia,dihentikannya aliran air matamu yg telah mengalir sekian lama.Upahku yg
kedua, yg saya harapkan daripadaNya,hanyalah supaya saya dpt hidup
dekatmu,laksana hidupnya sebatang rumput sarut di bawah lindungan pohon
beringin dengan aman dan sentosa,dipuput oleh angin pagi yg lembut gemulai…
Zainuddin!..Mengapa engkau tak suka
memaafkan kesalahanku? Demi Allah! Saya sudah insaf,bahwa tidak ada seorg pun
yg pernah sy cintai didalam alam ini,melainkan engkau seorg.Tidah pernah
beroleh tenteram diriku setelah aku coba hidup dgn org lain.Org yg telah
mengecewakan hatimu itu,yg sekarang telah insaf dan telah menghukum dirinya
sendiri,meskipun dia sanggup memperoleh tubuhku,dia selamanya belum sanggup
memperoleh hatiku.Karenaa hatiku telah untukmu sejak saya kenal akan dikau.
Kalau sekiranya engkau maafkan
kesalahanku,engkau lupakan kebebalan dan kecongkakan ninik mamakku,kalau…kalu
sekiranya maafmu memberi izin mimpimu sendiri terkabul; kalau sedianya semuanya
itu kejadian,engkau akan beroleh seorg perempuan yg masih suci batinnya,suci
jiwanya,belum pernah disentuh org lain,hatinya belum pernah dirampas org, yg
tidak bedanya dengan ’Permatamu yg Hilang’ dan dgn gadis Batipuh yg engkau
cintai dua dan tiga tahun yg lalu, yg gambarnya tergantung di kamar mu!
Piala kecintaan terletak dihadapan
kita, penuh dgn madu hayat nikmat ilahi.Air madu itu telah tersedia di dalamnya
utk kita minum berdua,biar isinya menjadi kering, dan setelah kering kita telah
boleh pulang ke alam baqa dgn wajah yg penuh senyuman,kita mati dgn bahagia
sebagaimana hidup telah bahagia.Tiba-tiba dgn tidak merasa kasihan,engkau
sepakkan piala itu dgn kakimu,sehingga terjatuh,isinya tertumpah habis,
pialanya pecah.Lantaran itu, baik saya atau engkau sendiri,meskipun akan masih
tetap hidup, akan hidup bagai bayang-bayang layaknya.Dan kalau kita mati, kita
akan menutup mata dengan penuh was-was dan penyesalan.
Apa sebab engkau begitu kejam, tak
mau memberi maaf kesalahanku?Padahal telah lebih dahulu bertimpa-timpa azab
sengsara ke atas diriku lantaran mungkir ku! Kelihatan oleh matamu sendiri
bagaimana saya dan suamiku menjadi pengemis di waktu kayamu,menumpang di
rumahmu utk mmperlihatkan bagaimana sengsaraku lantaran tak jadi bersuami dgn
engkau.Hilang…hilang semuanya.Hilang suami yg kusangka dpt memberiku
bahagia.Hilang kesenagan dan mimpi yg ku harap-harapkan.Setelah semuanya
kuderita,harus kudengar pula dr mulutmu sendiri kata penyesalan,membongkar
kesalahan yg lama, yg mmg sudah nyata kesalahan,yg oleh Tuhan sendiripun kalau
kita bertobat kepadaNya,walaupun bagaimana besar dosa,akan diampuniNya.
Adakah engkau tahu, hai
Zainuddin,siapakah perempuan yang duduk di kamar tulismu kemarin itu? Yang
engkau beri kata pediih,kata pnyesalan, kata engkau bongkar kesalahannya dan
kedosaaannya, yg engkau remukkan jiwanya dgn tiada peduli?
Perempuan itu tidak lain dari satu
bayang-bayang yg telah hilang segenap semangatnya,yg telah habis seluruh
kekuatannya,tidak berdaya upaya lagi,habis kekuatan pansainderanya dan
perasaannya; matanya melihat, tetapi tak bercahaya, telinga mendengar, tetapi
tiada ia mafhum lagi apa yg didengarnya.
Yang tinggal hanya
tubuhnya,batinnya sudah tak berkekuatan
lagi…
Inilah dia perempuan yg engkau sakiti itu.Itulah perempuan
yang engkau timbang sengsaranya dan ratapnya.Engkau ulurkan kepadanya tanganmu
yg kuat dan kuasa,engkau tikam dia dgn keris pembalasan,mengenai sudut
jantungnya, terpancar darah dan akan tetap mengalir sampai sekering-keringnya,
mengalir bersamaan dgn jiwanya..
Inilah perempuan yg engkau sakiti
itu!
Tetapi sungguhpun demikian
pembalasan yg engkau timpakan ke atas pundakku,kesalahanmu telah ku
ampuni,telah kuhabisi, telah kumaafkan. Sebabnya ialah lantaran saya cinta akan
engkau.Dan Karena saya tahu bahawasanya yg demikian engkau lakukan adalah
lantaran cinta juga.Cuma satu pengharapan yg penghabisan,heningkan hatimu
kembali,sama-sama kita habisi kekecewaan yg sudah-sudah,ampuni saya,maafkan
saya,letakkan saya kembali dalam hatimu menurut letak yg bermula,cintai saya
kembali sebagaimana cintaku kepadamu dan jgn saya dilupakan…
Engkau suruh saya pulang ke
kampungku dan engkau berjanji akan membantuku sekuat tenagamu sampai saya
bersuami pula.
Zainudin! Apakah artinya harta dan
perbantuan itu bagiku, kalau bukan dirimu yang ada dekatku?
Saya turutkan permintaan itu, saya
akan pulang .Tetapi, percayalah Zainudin
bahwa saya pulang ke kampungku, hanya dua yang ku nantikan: pertama kedatangan
mu kembali, menurut janjiku yang bermula,yaitu akan menunggumu, biar berbilang
tahun,biar berganti musim. Dan yg kedua ialah menunggu maut,biar saya mati dgn
meratapi keberuntungan yg hanya bergantung di awang-awang itu.
Selamat tinggal, Zainudin! Selamat
tinggal, wahai org kucintai di dunia ini! Seketika saya meninggalkan rumah mu,
hanya namamu yg tetap jadi sebutan ku. Dan agaknya kelak, engkaulah yg akan
terpatri dalam doaku,bila saya menghadapTuhan di akhirat…
Mana tahu,umur di tgn Allah! Jika
saya mati dahulu, dan masih sempat engkau ziarah ke tanah pusaraku,bacakan doa
di atasnya,tanamkan di sana daun puding panca warna dari bekas tanganmu
sendiri,untuk jadi tanda bahwa di sanalah terkubur seorg perempuan muda, yg
hidupnya penuh dgn penderitaan dan kedukaaan dan matinya remuk rindu dan
dendam..
Mengapa suratku ini banyak
membicakan mati?Entahlah, Zainudin, saya sendiri pun heran, seakan-akan
kematian itu telah dekat datangnya.Kalau ku mati dahulu daripadamu, jgn engkau
berduka hati, melainkan sempurnakan permohonan doa kepada Tuhan, moga-moga jika
banyak benar halangan pertemuan kita di dunia, terlapanglah pertemuan kita di
akhirat, pertemuan yang tidak akan diakhiri lagi oleh maut dan tidak dipisahkan
oleh rasam basi manusia…
Selamat tinggal, Zainudin, dan
biarlah penutup surat ini ku ambil perkataan yg paling enak ku ucapkan di mulut
ku dan agaknya entah dgn itu ku tutup
hayatku di samping menyebut kalimat syahadat, yaitu : Aku cinta akan engkau,
dan kalau ku mati, adalah kematianku di dalam mengenangkan engkau…”
.Sambutlah salam
dari:
Hayati
Sepenggal surat-surat
Hayati, dalam..
~TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER
WIJCK~
by Hamka
0 Komentar