![]() |
| Peta Yaman |
Siapakah Pemberontak Houthi
(Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 imam) ?
Houthi atau Hutsi adalah kelompok pemberontak yang
berpaham Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 imam. Sama seperti Syiah di
Indonesia dan induknya Iran. Kelompok ini didirikan oleh Husein bin Badruddin
al-Houthi di wilayah utara Yaman, tepatnya di wilayah Sha’dah. Awalnya mereka
berpaham Syiah Zaidiyah, kemudian menjalin hubungan dengan Hizbullah Libanon,
mereka pun berubah menjadi Syiah 12 imam yang ekstrim. Mengenai latar belakang
kelompok ini sudah dijelaskan di artikel “Separatis Houthi dan Revolusi Syiah
di Yaman”.
Ideologi
Pemberontak Houthi
Sama sepertinya Syiah di Indonesia, Iran, Libanon,
Irak, Bahrain, dan mayoritas Syiah yang ada di dunia, pemberontak Houthi pun
berideologi Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 Imam. Di antara ideologi
gerakan ekstrim ini adalah:
Ideologi
imamah, yaitu bentuk ideologi yang berkeyakinan bahwa kepemimpinan tidak sah
kecuali dari keturunan Ali bin Abi Thalib.
Membangkang kepada pemerintah dan menyiapkan diri untuk berhadapan
dengan pemerintah.
Memprovokasi dan membangkitkan semangat pengikutnya untuk memerangi
Ahlussunnah. Karena Ahlussunnah meridhai selain Ali jadi khalifah, yaitu Abu
Bakar, Umar, dan Utsman radhiallahu ‘anhum ajma’in.
Memuji-muji revolusi Khomeini dan Hizbullah Libanon. Mereka menjadikan
keduanya sebagai teladan yang wajib dicontoh perjalannya.
Memusuhi
tiga khalifah pertama dan para sahabat nabi secara umum. Karena dari kaca mata
ideologi Houthi dan Syiah 12 Imam, tiga khalifah pertama dan para sahabat nabi
adalah sumber bencana pada umat ini. Badruddin al-Houthi mengatakan, “Saya
pribadi meyakini kekafiran mereka (para sahabat pen.). Mereka (para sahabat)
berada di jalan yang berbeda dengan Rasulullah ļ·ŗ.”
Mereka
mengajarkan mencela dan melaknat istri-istri Rasulullah ļ·ŗ dan para sahabat beliau.
Husein al-Houthi mengatakan, “Seluruh kejelekan yang
ada pada umat ini.., setiap kezaliman yang terjadi pada umat ini… dan segala
bentuk penderitaan yang dirasakan umat ini… adalah tanggung jawab Abu Bakar,
Umar, dan Utsman. Khususnya Umar, dialah sutradaranya”.
Ia juga berkata tentang baiatnya para sahabat kepada
Abu Bakar setelah Rasulullah ļ·ŗ
wafat: “Dampak kejelekan baiat itu masih terasa hingga sekarang”.
Pendiri gerakan separatis ini juga mengatakan,
“Permasalahan Abu Bakar dan Umar adalah permasalahan besar. Merekalah dalang
semua (keburukan) yang didapat umat ini”.
Karena itu, di Iran mereka melakukan revolusi. Di
Bahrain melakukan pemberontakan. Di Libanon mereka menguasai kebijakan negara
dengan militer non pemerintah yakni grup Hizbullah. Di Yaman mereka
memberontak. Di Indonesia? Mereka pun sama. Mereka adalah Syiah 12 Imam.
Secara
khusus mereka sangat membenci Umar. Seorang sahabat yang agung yang memadamkan
api majusi dengan menaklukkan imperium Persia.
Husein al-Houthi mengatakan, “Muawiyah adalah buah
di antara kejelekan Umar. Dan tidak hanya Muawiyah saja racun dari kejelekan
Umar bin al-Khattab, Abu Bakar juga merupakan hasil dari kejelekannya. Demikian
juga dengan Utsman, ia juga hasil kejelekan Umar”.
Bukti
Eratnya Hubungan Houthi dengan Negara Syiah Lainnya
Husein bin
Badruddin al-Houthi sangat terpengaruh dengan perjalanan hidup Khomaini. Ia
berazam sekuat tenaga mewujudkan dan menjadikan Yaman seperti Iran.
Salah
seorang saudaranya mempelajari metode revolusi dalam sebuah seminar praktik
“Ittihadu asy-Syab al-Mukmin” yang diadakan pada tahun 1986 atas sponsor Iran.
Setelah
ayahnya (Badruddin al-Houthi) kembali dari Teheran, ibu kota Iran, mulai banyak
terjadi perselisihan dengan ulama-ulama madzhab Syiah Zaidiyah.
Kunjungan pemberontak Houthi ke Iran dan
kunjungan balik Iran ke Yaman dalam pertemuan-pertemuan rahasia terkait
“Ittihadu asy-Syab al-Mukmin” sebagai persiapan revolusi di Yaman.
Pembelaan
televisi-televisi Syiah semisal al-Alam di Iran, al-Manar milik Hizbullah
Libanon, dll. terhadap pemberontak Houthi saat pemberontak ini berperang dengan
pemerintah Yaman.
Militer
Yaman menemukan senjata-senjata Iran pada pemberontak Houthi.
Ditemukan
dokumen di rumah sakit Iran di ibu kota Shan’a. Dokumen itu menunjukkan
keterlibatan Iran dalam operasi spionase (mata-mata), dukungan keuangan, dan
militer untuk Houthi. Rumah sakit Iran itu pun akhirnya ditutup oleh pemerintah
Yaman.
Adanya
lambang Hizbullah Libanon di markas-markas Houthi.
Sejak
keberhasilan revolusi berdarah di Iran, Khomaini memang bertekad mengadakan
revolusi serupa di negara-negara Arab.
Terdapat
pejuang-pejuang Syiah Irak di baraisan pemberontak Houthi.
Orang-orang Syiah baik di Iran maupun yang lain, marah besar atas serangan
terhadap pemberontak Houthi.
Bahaya
dan Ancaman Gerakan Houthi
Pemikiran
yang paling berbahaya dari kelompok pemberontak ini adalah keyakinan bahwa Imam
Mahdi (versi Syiah) akan datang ke dunia. Oleh karena itu, perlu dilakukan
persiapan tanah tempat kedatangannya untuk kemudian “membebaskan” dua tanah
haram, Mekah dan Madinah. Kerajaan Arab Saudi harus segera dihancurkan. Kita
bisa menyaksikan saat ini, Syiah berusaha mengepung kerajaan ini dengan
men-Syiah-kan Irak, Libanon, dan Suriah untuk memagari Arab Saudi di bagian
utara. Yaman di bagian selatan. Usaha untuk menguasai Mesir di sebelah barat.
Dan Iran sendiri di sebelah Timur.
Dalam buku
Ashru azh-Zhahir yang ditulis oleh seorang Syiah, Ali Kurani al-Amili,
ditegaskan bahwa banyak terdapat hadits dari ahlul bait tentang revolusi Islam
di Yaman.Yaman adalah tanah yang disiapkan untuk kedatangan Mahdi. Di dalam
kitab tersebut disebutkan bahwa pimpinan revolusi bernama “al-Yamani” seorang
Yaman yang bernama Hasan atau Husein dari keturunan Zaid bin Ali. Al-Yamani ini
keluar dari daerah yang disebut Kur’ah. Sebuah desa di daerah Khaulan dekat
Sha’dah.
Dialog
Buntu, Operasi Militer Ditempuh
Bukan rahasia lagi, bahwa grup-grup ekstrim Syiah di
dunia Arab memiliki hubungan erat dengan Iran. Negara para mullah ini
seolah-olah menjadi ayah bagi para ekstrimis Syiah di Timur Tengah. Mereka
mensponsorinya dan berdiri satu barisan bersama mereka. Iran dan agen-agennya
di Timur Tengah sudah tidak bisa dipercaya lagi. Mereka selalu memainkan peran
sebagai penipu dimanapun mereka berada. Politik damai sudah sangat jauh dari
kata manjur mengatasi kezaliman mereka. Operasi militer pun harus ditempuh.
Diam-diam, pemberontak Houthi dibantu oleh mantan
presiden Yaman yang digulingkan, Ali Abdullah Shaleh, untuk merebut ibu kota
Shan’a dengan kekerasan dan teror. Padahal Ali Abdullah Shaleh ini punya hutang
nyawa dengan Arab Saudi. Ia diselamtkan Raja Abdullah para pemberontakan yang
hendak membunuhnya saat Arab Spring beberapa tahun silam.
Setelah berhasil merebut ibu kota Shan’a, grup
pemberontak yang disupport Iran ini menutup setiap kemungkinan upaya
rekonsiliasi yang diupayakan oleh negara GCC (Gulf Cooperation Council: Saudi
Arabia, Kuwait, the United Arab Emirates, Qatar, Bahrain, dan Oman). Presiden
Yaman, Abdrabbo Mansour Hadi, akhirnya meminta negara-negara Teluk, Liga Arab,
dan komunitas internasional untuk campur tangan menghadapi pemberontakan
berdarah yang dilakukan oleh separatis Houthi.
Arab Saudi dan negara anggota GCC (kecuali Oman),
Yordania, Mesir, Sudan, Maroko dan Pakistan bahkan termasuk Turki menjawab panggilan
tersebut dengan operasi militer yang dinamai dengan Decisive Storm.
Iran dan media-medianya Syiahnya –termasuk
media-media Syiah di Indonesia- mengecam keras operasi militer ini. Tidak heran
rezim Iran membela kelompok teroris ini, karena sebelumnya pun mereka telah
menjadi sumber utama pergolakan dan ketidak-stabilan di berbagai wilayah.
Terutama di Suriah, Libanon, Irak, dan Yaman. Karena itu jangan heran mereka
menyebut aksi pembebasan kemanusiaan ini dengan penjajahan dan agresi militer.
Jika Yaman menjadi sekutu Iran, tentu keamanan Mekah
dan Madinah kian terancam. Mereka bisa meluncurkan rudal-rudal balistik dari
pangkalan militer di Yaman, “membebaskan” dua tanah suci dan menghancurkan Arab
Saudi.
Tindakan preventif atas agresi terhadap tanah suci
harus segera dilakukan. Menolong masyarakat Yaman adalah sebuah kewajiban. Dan
dukungan moral dan doa kita kaum muslimin, tentu mereka butuhkan.
Diolah dari berbagai sumber.
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com

0 Komentar