Agama Syiah adalah
Malapetaka Bagi Kaum Muslimin
Kekuatan syiah tidak bisa diremehkan, sejarah membuktikan
bahwa pada abad ke-3 hijriyah mereka telah berhasil menguasai negeri-negeri
muslimin hingga akhirnya Alloh memunculkan Sulthan Nuruddin Zanky dan
disempurnakan dengan kemunculan Sulthan Sholahuddin Al Ayyuby. Saat itulah
mereka dihinakan oleh Alloh dalam waktu yang cukup lama.
Dan pada abad ini, negara iran dengan agama syiahnya
betul-betul menjadi sorotan dunia. Banyak yang mengatakan saat ini iran adalah
kekuatan baru di dunia. Dan jika hal ini menjadi benar, maka betul-betul kaum
muslimin berada di dalam bahaya besar.
Syiah dari dahulu hingga sekarang, bahkan mungkin sampai
akhir zaman adalah malapetaka besar bagi kaum muslimin. Jika kita mencermati
sejarah, maka akan kita dapati bahwa ternyata berbagai keburukan besar yang
menimpa kaum muslimin berasal dari ulah syiah.
Dan marilah sekarang kita saksikan episode-episode keburukan
akibat ulah syiah, wallohul musta'an.
Malapetaka pada Muharrom 312 H
Al Imam Ibnu Katsir rahimahulloh mengisahkan:
Pada Bulan Muharrom tahun 312 H tokoh syiah qoromithah Abu
Thohir Al Husani bin Abi Said Al Janabi (semoga laknat Alloh ditimpakan atasnya
dan kepada bapaknya) telah melakukan pembegalan terhadap jamaah haji Iraq,
sekembalinya para jamaah haji tersebut dari Baitulloh Al Harom. Mereka telah
menunaikan kewajiban terhadap Alloh, namun justru orang-orang syiah qoromithah
merampok mereka. Para jamaah haji tentu saja berusaha untuk melawan demi
mempertahankan harta, jiwa dan istri-istri mereka, maka Abu Thohir dan para
pengikutnya membantai mereka dalam jumlah yang besar, hanya Alloh yang
mengetahui jumlah orang-orang yang terbunuh. Kemudian orang-orang syiah
qoromithah menawan kaum wanita dan anak-anak (kaum muslimin) yang mereka
senangi serta merampok harta bendanya. Harta benda yang mereka rampok senilai
satu juta dinar berikut perhiasan-perhiasan serta barang dagangan. Setelah
puas, orang-orang syiah qoromithah meninggalkan begitu saja (tawanan) yang
tersisa di tengah-tengah padang pasir tanpa persediaan air, tanpa makanan dan
tanpa kendaraan tunggangan. (Al Bidayah wa nihayah jilid 6 hal 160)
Malapetaka tahun 317 H
Al Imam Ibnu Katsir menuturkan: Pada tahun 317 H jamaah haji
dari Iraq bersama amir mereka, Manshur Ad Dailami tiba di Mekkah dengan selamat
dan merekapun bertemu dengan seluruh jamaah haji dari segala penjuru. Tanpa
mereka sadari, bertepatan dengan hari Tarwiyyah tiba-tiba muncul seorang syiah
qoromithah bersama jamaahnya. Kemudian mereka melakukan perampasan harta jamaah
haji serta membantai mereka, maka terbunuhlah jamaah haji dalam jumlah yang
banyak di segala penjuru Mekkah baik yang berada di tanah lapang dan perbukitan
bahkan yang berada di dalam Masjidil Harom dan yang berada di dalam Ka'bah
sekalipun. Dan tokoh mereka, Abu Thohir (semoga laknat Alloh ditimpakan kepadanya)
duduk di atas pintu Ka'bah, sementara banyak kaum muslimin sekarat di
sekelilingnya. Pedang-pedang terus ditebaskan kepada manusia tanpa henti di
dalam Masjidil Harom, di dalam bulan harom dan pada hari tarwiyyah, yang
merupakan hari yang paling mulia di dalam Islam, seraya mengatakan; “aku adalah
Alloh, aku bersama Alloh, aku yang menciptakan makhluk dan aku pula yang
membinasakan mereka.” Orang-orang berusaha lari dari mereka (syiah qoromithah)
dan bergelantungan dengan tirai-tirai Ka'bah, namun hal itu tidak memberikan
manfaat, mereka tetap dibunuh dalam keadaan seperti itu, orang-orang yang
sedang thowafpun dibunuh dalam keadaan thowaf.
Setelah orang-orang syiah qoromithah (semoga laknat Alloh
ditimpakan kepada mereka) puas membantai jamaah haji, pemimpin mereka
memerintahkan agar jasad-jasad jamaah haji dilemparkan ke dalam sumur Zam-zam
dan banyak pula yang dikuburkan di tanah Harom dan di dalam Masjidil Harom.
Pemimpin mereka memerintahkan untuk menghancurkan kubah Zam-zam dan mencabut
pintu Ka'bah, serta mencabut Kiswah Ka'bah kemudian merobek-robeknya dan
membagikan kain robekannya kepada para pengikutnya. Lantas pemimpin mereka
menyuruh seseorang untuk naik ke atas Ka'bah dan mencabut pancuran Ka'bah,
namun orang tersebut kemudian jatuh dan mati seketika. Maka pemimpin mereka
yang buruk, tidak berani berupaya mencabut pancuran Ka'bah. Lalu pemimpin
mereka memerintah seorang pengikutnya untuk mencongkel hajar aswad, maka
berangkatlah orang tersebut dan memukul hajar aswad dengan kampak yang ada di
tangannya, seraya mengatakan: “ Mana burung Ababil?... Mana batu dari
sijjil?...” Mereka lalu mengambil hajar aswad dan membawanya ke negeri mereka.
Hajar aswad berada di tengah-tengah mereka (syiah qoromithah) selama 22 tahun
dan kemudian mereka mengembalikan (hajar aswad) lagi sebagaimana yang akan kami
sebutkan yaitu pada tahun 339 H. Fainna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun (Al
Bidayah wa nihayah jilid 6 hal. 172)
Malapetaka tahun 351 H
Al Imam Ibnu Katsir menuturkan:
Kemudian memasuki tahun 351 H, pada tahun ini tentara Rum
menyerang Kota Halb dipimpin langsung Damastaq Raja Rum (semoga Alloh
melaknatnya) dengan mengerahkan 200.000 bala tentara. Maka bangkitlah penguasa
Halb, Saifud Daulah bin Hamdan beserta pasukannya untuk melawan tentara Rum.
Akan tetapi mereka tidak mampu membendung laju tentara Rum dikarenakan besarnya
jumlah tentara Rum, sehingga tentara Saifud Daulah banyak yang terbunuh. Adapun
Saifud Daulah merupakan pemimpin yang pengecut dan kurang bersabar dalam
menghadapi musuh sehingga dia melarikan diri bersama dengan sejumlah kecil dari
pasukannya. Maka tentara Rum mengepung benteng kota Halb, penduduk negeri
berusaha mempertahankan benteng dengan heroik dan mereka berhasil membunuh
tentara Rum dalam jumlah yang besar. Tentara Rum betul-betul menemui kesulitan
yang sangat untuk menguasai benteng.
Di tengah-tengah bahaya yang mengancam itu, tiba-tiba kaum
muslimin dikejutkan oleh sebuah berita, bahwasanya satuan pengaman pemerintah
(polisi) dan pasukan khusus pemerintah (yang saat itu didominasi orang-orang
syiah) melakukan keonaran di dalam kota. Mereka (orang-orang syiah) mendobrak
rumah-rumah penduduk dan menjarah harta benda, maka kaum musliminpun akhirnya
kembali ke rumah-rumah mereka meninggalkan benteng pertahanan untuk memerangai
para pembuat onar. Dengan kondisi demikian, akhirnya tentara Rum berhasil
dengan mudah menerobos benteng kota dan membunuh kaum muslimin dalam jumlah
yang besar, merampas harta benda mereka serta menawan anak-anak dan kaum wanita.
Tentara Rum merobohkan masjid-masjid dan membakarnya serta
menghancurkan segala sesuatu yang bisa mereka hancurkan. Mereka tinggal di Kota
Halb selama 9 hari sambil melakukan perusakan yang luar biasa dan semua ini
bisa dilakukan oleh tentara Rum disebabkan oleh ulah satuan pengaman pemerintah
dan pasukan khusus pemerintah (semoga Alloh membinasakan mereka) begitu pula
penguasa mereka Saifud Daulah bin Hamdan adalah merupakan seorang penganut
syiah rafidhah yang mencintai syiah dan membenci ahlussunnah, maka karenanya
terkumpullah bagi penduduk Halb berbagai macam musibah.
Ibnu Katsir melanjutkan penuturan Beliau, pada tahun ini
pula di kota Baghdad kalangan awam rafidhah menuliskan di pintu-pintu masjid
laknat terhadap sahabat Muawiyah bin Sufyan serta Abu Bakr, Umar dan Utsman
serta melaknat sahabat Marwan bin Hakam, semoga Alloh meridhai para sahabat dan
melaknat orang-orang yang melaknat para sahabat. Kemudian sampai berita kepada
penguasa Baghdad Muizzud Daulah bahwasanya ahlussunnah telah menghapus tulisan
tersebut, maka kemudian Muizzud Daulah memerintahkan untuk membuat tulisan
pengganti yang berbunyi semoga Alloh melaknat orang-orang yang mendzalimi
kelurga Muhammad baik orang-orang yang telah berlalu atau orang-orang yang akan
datang dan secara mencolok melaknat Muawiyah bin Abi Sufyan, semoga memburukkan
dirinya dan memburukkan syiahnya dari kalangan rafidhah.
Sungguh pasti orang-orang seperti itu tidak ditolong oleh
Alloh begitu pula Saifud Daulah bin Hamdan, penguasa Halb, menganut aqidah
syiah dan cenderung kepada Rofidhoh, sungguh pasti Allah tidak akan menolong
orang-orang seperti mereka, bahkan justru memberikan kemenangan kepada kaum
kafir.
Dan oleh karena itu pula tatkala kaum Syiah Fathimiyah
berhasil menguasai Mesir dan Syam, maka orang-orang kafir Eropa berhasil
menguasai seluruh pesisir Syam dan seluruh negeri Syam, bahkan menguasai Baitul
Maqdis. Dan tidak tersisa bagi kaum muslimin, selain kota Halb, Homs, Hawah dan
Damsyiq serta sebagian daerah pegunungan. Sedangkan seluruh daerah pesisir dan
daerah lainnya berhasil dikuasai oleh orang-orang kafir Eropa. Lonceng-lonceng
nasrani serta aturan-aturan injil membahana di ketinggian benteng sementara
syiar-syiar Islam tampak redup di tempat-tempat iman, baik di masjid-masjid
atau di tempat-tempat mulia. Kaum muslimin di bawah kepemimpinan mereka berada
dalam pengepungan hebat dan kesempitan menjalankan agama, para penduduk
kota-kota Islam senantiasa di dalam bayang-bayang ketakutan yang sangat dari
keganasan tentara Eropa baik di waktu siang dan malam. Innalillahi wa inna
ilaihi rojiun. Semua ini merupakan sebagian hukuman Alloh dikarenakan oleh
kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa serta merajalelanya celaan-celaan
terhadap para sahabat nabi yang merupakan manusia terbaik setelah para nabi (Al
Bidayah wa nihayah hal. 257 juz 6 dengan sedikit peringkasan)
Malapetaka tahun 359 H
Ibnu Katsir bercerita kemudian memasuki tahun 359 H, pada
tahun ini tentara Rum menyerang kota Inthoqiyyah dan membunuhi penduduknya
termasuk para kakek dan nenek serta menawan anak-anak kecil sekitar 10.000
jiwa, fainnalillahi wa inna ilaihi rajiun. Semua itu atas instruksi Naqfur,
raja Armenia la'nahulloh. Semua itu terjadi tatkala kaum muslimin berada di
bawah kekuasaan raja-raja bumi yang kesemuanya menganut akidah rafidhah. Mereka
telah berhasil menguasai negeri-negeri muslimin dan menampakkan
kerusakan-kerusakan di dalamnya, semoga Alloh memburukkan mereka semua. (Al
Bidayah wa Nihayah hal 284 juz 6)
Oleh Ust. Syamsuri (Pengajar di Islamic Centre Bin Baz,
Yogyakarta).
Oleh Ust. Syamsuri
(Pengajar di Islamic Centre Bin Baz, Yogyakarta).
0 Komentar